Friday, October 31, 2008

Belajar dari Orang-Orang Sukses

Beberapa hari yang lalu tepatnya 28 oktober 2008 saya melakukan perjalanan ke Jakarta untuk urusan bisnis. Perjalanan hari itu sangat menarik dan menyenangkan dan saya sangat menikmatinya. Hari itu saya bertemu dengan orang-orang hebat, ada beberapa orang yang menarik perhatian saya.

Pertama Ibu Maya Suhyar, seorang ibu sekaligus wanita karier. Gayanya energik, menarik dan tutur katanya penuh dengan kata - kata motivasi beliau adalah seorang perempuan yang telah mencapai kesuksesan, ya ... tentu saja kesuksesan yang beliau raih tidak mudah, butuh kerja keras dan fokus (seperti kaca mata kuda ... hehehe) sekarang beliau menjabat sebagai seorang direktur di salah satu perusahaan, ini kali ke - 3 saya bertemu beliau, sepanjang pertemuan demi pertemuan banyak hal yang saya dapat dari beliau pengalaman dalam membangun usaha, tentang sikap yang baik juga penampilan yang menarik ketika bertemu dengan klien.


Orang kedua yang menarik perhatian saya adalah Pak Sadewo beliau seorang pengusaha yang ranah usahanya sangatlah luas mulai dari usaha dibidang percetakan, jual beli parfum, restoran, sayuran, obat-obatan ... dan banyak lagi bidang usaha beliau ... yang tidak sempat beliau sebutkan. Gayanya cuek sekali tak terlihat kalo beliau seorang pengusaha, sikapnya semau gue ... beliau tipe pengusaha yang tidak memperhatikan penampilan yang terpenting bagaimaan usahanya tetap lancar dan menghasilkan uang yang banyak, beliau bercerita pada saya usaha dagangnya dimulai semenjak usianya 8 thn, awalnya hanya seorang pedagang asongan biasa tapi karena kerja keras dan pantang menyerah usahanya beliau tekuni sehingga pada akhirnya beliau bisa membangun usahanya tidak hanya dalam satu bidang saja tapi setiap bidang usaha beliau lakonin. tidaklah benar orang sukses tanpa kegagalan, bagi Pak Sadewo kegagalan adalah bukan suatu hal yang menyebabkan beliau menjadi terpuruk tetapi kegagalan adalah suatu hal yang menyebabkan kebangkitan. Waw subhanallah ya.


Orang ketiga, orang yang membukakan mata saya untuk tetap bersyukur dan selalu bersemangat dalam mengahadapi kehidupan ini beliau adalah Mba Jojor, seorang Senior Manager di sebuah perusahaan. Pertama kali kenalan dengan Mba Jojor hanya satu kata yang terucap dalam hati ini, SUBHANALLAH ... beliau begitu semangatnya melakonin pekerjaannya, kegigihannya, dan rasa percaya diri terpancar dari wajahnya ... semakin mengobarkan api semangat dalam jiwa ini untuk bisa seperti beliau yang tetap gigih dan bangkit, padahal beliau secara fisik tidak sempurna, berlengan namun tak memiliki jari tangan, dan hanya memiliki 1 kaki saja, beliau menggunakan alat bantu dengan menggunakan kaki palsu untuk berjalan. Luar Biasa, kekurangan secara fisik tidak mengecilkan semangatnya untuk bekerja dan menjadi sukses.

Orang Keempat yang saya temui di perjalanan pulang adalah Pak soepomo. Saat itu saya bersebelahan duduk dengan beliau dengan menggunakan kereta Api, ya ... kalo saya tebak kira-kira usia Bapak itu sekitar 60an, awalnya kami hanya ngobrol biasa saja seperti menanyakan tempat tujuan dll, tapi lama-kelamanan kami semakin akrab, ternyata Bapak itu berusia 75 tahun waaaaw ... usia yang sangat tua tapi beliau masih segar dan bersemangat, beliau ke Jakarta untuk urusan bisnis juga, beliau seorang konsultan ... sebetulnya Bapak ini sudah pensiun, dulu beliau seorang dosen di ITB. Namun karena beliau biasa beraktivitas dan bekerja maka beliau menerima tawaran dari mantan anak buahnya untuk menjadi konsultan diperusahaannya ... . Perjalanan yang panjang karena kereta api mengalami keterlambatan ya ... 3 jam lebih 30 menit saya bersama Bapak itu, beliau banyak bercerita tentang pengalamnnya melanjutkan sekolahnya keluar negeri, memiliki keluarga yang harmonis, hidup sehat dengan berolahraga sampai menceritakan tentang pekerjaan, beliau berpesan pada saya bahwa:
Selagi masih muda, nikmatilah pekerjaan mu dengan rasa senang, maka kamu tidak akan merasa diperbudak oleh pekerjaannmu.
Gitu katanya .... wah salut sama bapak ini dengan usianya yang sudah 75 tahun tapi semangatnya masih terus berkobar.
Hari yang menyenangkan ... karena bertemu dengan orang-orang hebat dan sukses karena kerja keras dan semangat :) Terimakasih Ya Allah memberikan saya kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat yang patut ditiru mengenai semangat dan kerja keras dalam meraih kesuksesan.

Wednesday, October 29, 2008

Memberilah

26 Oktober 2008, kemarin kali ke 3 saya nonton laskar pelangi... kali ini saya nonton bersama anak-anak gerbongnez itu sebutan kami para penumpang kereta krd patas tapi gak rame2 juga nontonnya cuma berenam saja. (teh dewi, endah, yuke, abay, rosi dan zea adik kecil yang manis)
soal film nya gak ada kata-kata lagi selain luar biasa keren. tapi saya akan ngutip kalimat yang di ucapkan Pak Harpan:

"Hidup itu adalah memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya"

Kata-kata nya sangat sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Sudahkah kita seperti itu ... terutama kepada orang tua dan keluarga kita????

Saturday, October 25, 2008

"Wajah Penagih Hutang"

"Dari Sekolah Komik PIPILAKA, untuk kenyamanan belajar mengajarnya di mohon segera menyelesaikan biaya administrasi kursusnya tanggal 25 Oktober 2008. Terimakasih"

Itu bunyi sms yang saya kirim ke semua murid-murid Sekolah Komik PIPILAKA tanggal 24 oktober 2008. Ini kali pertama saya mengirim sms dengan kata-kata yang sangat formal, biasanya gaya bahasa smsnya santai dan bersahabat.

Tapi ternyata sms ini berakibat baik dan buruk ... padahal tidak ada maksud apapun selain untuk mengingatkan saja kok. Ya sekali - kali pake bahasa formal gitu.

Baiknya :
- Anak-anak nyariin saya untuk bayar tunggakan biaya kursusnya. (waw ... sms nya efektif ya)

- Kas PIPILAKA bertambah dech ... Alhamdulillah :)

Buruknya:
Setiap orang yang melihat wajah saya langsung pada bilang "Kak, aku mau bayar kursus" heheheh ya masih mending, dalam konteks bayar kursus komik. Herannya ada kejadian pas salah satu murid tertua di sini mau ikut ngeprint, gini percakapannya:

Murid : Eh ikut nge print ya, bolehkan?
Saya : Ya, silahkan
Murid : Langsung aja niy?
saya : Ya, langsung ... 3000 ya (maksud saya di pinter Ip 3000)
Murid : Oh gak jadi ah (dikira murid saya nagih biaya print nya ... hahahaha)
Saya : Eh bukan bayar tapi maksudnya setting komputernya untuk ngeprint di Ip 3000
Murid : Ohhh (baru ngeh), dikira bayar.
saya : hehehe

Sampai segitunya ya ...sampai-sampai ada orang tua murid bilang, "Mba, saya belum menyelesaikan administrsi ya" (padahal saya gak nagih). tapi menurut Ibu itu "wajah mba, wajah penagih hutang sih" (sambil guyon santai) he ... he ... he.

Hikmahnya : Anak-anak jadi tepat waktu dan rajin bayar kursusnya. (he99x)

Friday, October 24, 2008

Dokumen tak beramplop

Kamis, 23 Oktober 2008 setelah jam makan siang, saya dan partner kerja bertemu dengan seorang klien tetap untuk urusan bisnis, kebetulan hari ini ada asistensi desain untuk pembuatan desain kalender & agenda perusahaan tersebut. Sebelumnya dari kantor sudah mempersiapkan semua dokumen untuk ditunjukan kepada klien, saya simpan dokumen tersebut didalam sebuah brosur besar supaya tidak terlipat, padahal sudah diingatkan sama partner saya dokumennya disimpan di amplop saja, tapi saya tetep keukeuh gak usah pake amplop karena saya berfikir klien yang satu ini sudah dekat, jadi santai aja.

Tiba di kantor klien, saya menyerahkan dokumen yang tadi disimpan di sebuah brosur besar, dan menjelaskan tentang desain tersebut. Setelah ngobrol panjang lebar tentang desain dan revisi desainnya. Tiba2 klien saya menyindir ttg dokumen tak beramplop ini... (sepertinya klien saya kurang suka karena dokumennya tidak memakai amplop" upssssss...
(duh gak sopan banget ya, kok dokumen gak pake amplop... padahal saya udah diingatkan sama partner kerja saya)

Pelajaran yang saya dapat:
1. Bersikap dan melayani klien secara profesional walaupun klien yang kita hadapi adalah orang yang sudah dekat dengan kita.
2. Lakukan pelayanan yang optimal agar klien puas dengan hasil kerja kita, siapapun klien nya mau dari perusahan besar atopun kecil, atau mau orang yang dekat atau tidak.
3. Menerima dengan positif ketika dikritik (mmmmm diusahakan "pasti bisa")

Hikmah:
1. Setelah kejadian tersebut komunikasi antara saya dan klien tersebut menjadi lebih baik. karena sindirirannya saya anggap kritik membangun supaya kedepannya saya tidak melakukan hal yang tidak sopan ini ke klien lainnya... (makasih pak)
2. Belajar dari pengalaman, semoga kedepannya saya bisa lebih baik lagi dalam melayani klien.

--- mmmm semoga kejadian ini gak terjadi sama orang lain. amin ---

Thursday, October 23, 2008

"Strategi Marketing"

Ada artikel bagus niyy .... tentang marketing, kebetulan tadi lagi baca di kompas online Kamis, 23 Oktober 2008 | 07:20 WIB
===============
"From Segmentation to Communitization"

DALAM Legacy Marketing, langkah pertama untuk menyusun strategi marketing adalah dengan melakukan segmentasi. Segmentasi ini bisa dilakukan berdasarkan sejumlah variabel, yang umum digunakan adalah variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku (behavioral).

Secara geografis misalnya, bisa dibuat segmen pasar perkotaan dan pedesaan. Kemudian secara demografis, bisa dibuat segmen pelanggan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 20 tahun. Secara psikografis, ada segmen yang suka produk-produk bermerek walaupun mahal, ada juga segmen yang lebih suka produk-produk yang harganya terjangkau. Kemudian, secara perilaku (behavioral), ada pelanggan yang membeli produk secara rutin, ada yang sesekali saja tergantung kebutuhan.

Itulah sedikit bahasan tentang segmentasi yang mungkin sudah sangat Anda pahami. Namun, dalam era New Wave Marketing saat ini, yang harus dilakukan bukanlah melakukan segmentasi, tapi Communitization. Ya, New Wave Marketer harus bisa membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada.

Definisi komunitas sendiri ada macam-macam. Namun, bagi saya, definisi yang paling tepat adalah definisi yang terdapat dalam buku The Cluetrain Manifesto. Di dalam buku ini, komunitas didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya.

Jadi, dalam komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Beda dengan segmentasi yang anggota segmennya bisa tidak peduli satu sama lain. Inilah salah satu perbedaan yang jelas antara segmentasi dengan Communitization. Kemudian, dalam segmentasi, pembentukannya dilakukan oleh perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Prosesnya berlangsung dari atas ke bawah. Pelanggan dan calon pelanggan dianggap berada di bawah produsen.

Sementara dalam Communitization, pembentukannya dilakukan oleh orang per orang yang setara sehingga bersifat horisontal. Juga, kalau dalam Segmentasi yang terjadi adalah high-budget high-impact marketing, maka dalam Communitization yang terjadi adalah low-budget high-impact marketing.

Mengapa demikian? Ya karena sifat segmentasi yang inisiatifnya dari perusahaan. Untuk melakukan segmentasi biasanya sebuah perusahaan harus melakukan riset pasar terlebih dahulu atau membeli laporan riset pasar yang harganya mahal. Segmentasi ini juga tidak ada yang ”merawat”, karena memang antar anggota segmen tersebut bisa tidak kenal satu sama lain, dan kita juga tidak peduli akan hal ini. Sementara dalam Communitization, perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada. Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dianggap cocok, maka barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas.

Setelah komunitas ini terbentuk, perusahaan tersebut sebenarnya sudah bisa ”lepas tangan”, karena komunitas tersebut akan ”dirawat” sendiri oleh para anggota komunitasnya. Maka, kalau komunitas sudah terbentuk, praktis perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya apapun.

Komunitas ini bisa berbentuk komunitas online, komunitas offline, atau hibrida dari keduanya, seperti yang sudah saya jelaskan juga dalam tulisan saya yang berjudul ”A Tale of Three Communities: Harley-Davidson, Facebook and HTML”. Dalam komunitas online, karena memang berbasis Internet, orang-orang yang ada di komunitas tersebut bisa lintas demografis, lintas geografis, lintas agama, dan seterusnya. Yang penting, sekali lagi, adalah adanya kesamaan interest di antara para anggota komunitas tersebut.

Contohnya di Facebook. Kalau Anda punya account di Facebook, pasti Anda sering mendapat undangan (invitation) untuk bergabung (join) dengan suatu komunitas (group). Kalau komunitas itu kita anggap sesuai dengan interest kita, pastilah kita akan langsung bergabung, walaupun kita mungkin belum mengenal orang yang mengundang kita. Setelah bergabung, barulah kita bisa saling mengenal anggota komunitas tersebut dan bisa cepat akrab karena memang punya interest yang sama.

Jangan salah, yang namanya komunitas ini sebenarnya bukan barang baru. Sudah sejak dulu kita berkomunitas secara offline. Kalau Anda bapak-bapak, mungkin sering bermain kartu sambil ngobrol-ngobrol dengan tetangga Anda di pos ronda pada malam hari. Ini komunitas. Kalau Anda ibu-ibu, pastilah Anda sering mengikuti arisan atau pengajian. Ini juga komunitas.

Jadi, dalam era New Wave Marketing saat ini, bukan lagi masanya segmentasi yang bersifat vertikal. Marketer harus bisa melakukan Communitization yang sifatnya horisontal.

-- Ringkasan tulisan ini bisa dibaca di Harian Kompas --


Hermawan Kartajaya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...