Friday, January 31, 2014

Home Schooling; Mencoba untuk Bisa...

Sinnai lagi menggambar hiu dan paus; keseringan nonton Oceans dan BBC 

Mulai hari ini mungkin blog ini akan banyak bercerita tentang kegiatan saya, suami dan anak saya yang 'cerita'nya' akan bersekolah dirumah, alias dalam bahasa Prancisnya; homskuling, hihi.

Sejak awal melahirkan Sinnai (nama anak kami yang keren itu, hehe) saya dan suami memang sudah punya cita-cita untuk membesarkannya dalam lingkungan keluarga inti yang kental, sebisa mungkin pada usia perkembangan dasar Sinnai berada dalam lingkungan keluarga, tanpa kami masukkan ke Taman Bermain dan atau Taman Kanak-Kanak, jadi didikan awalnya harus didalam keluarga. Jika dihitung secara durasi mungkin sekitar enam hingga tujuh tahun Sinnai akan belajar bersama kami dirumah dan mengalami aktifitas realitas sosial bersama-sama kami di lingkungan tampat tinggalnya. Dan yang paling penting; itu semua diniatkan dan disadari sebagai proses pembelajaran dan permainan yang akan sangat super seru bin keren.

Awalnya memang ada sedikit keraguan apakah kami akan bisa mendidik Sinnai sendiri, minimal hingga ia siap masuk sekolah dasar. Tetapi setelah survei sana sini dan mendapat cukup banyak insight... Kenapa tidak? Dan mengapa hanya hingga sekolah dasar? Kenapa nggak sekalian sekolah menegah? Hoho...

Toh suami saya juga seorang pengajar di sebuah universitas di Bandung, yang selain mengajar mahasiswanya, ia juga (sudah sangat) memiliki banyak waktu untuk mengajar anaknya yang keren itu (hehe), dan memang homskuling juga jadi salah satu cita-citanya yang sering diutarakannya... "Kalo ngajarin anak orang lain aja bisa, kenapa anak sendiri engga?" ... Selain itu ia juga pernah punya sekolah komik dan di sekolah itu ia dan kawan-kawan komunitasnya banyak mengajar anak-anak TK, SD hingga mahasiswa untuk belajar menggambar dan bercerita, apalagi basis pendidikannya dulu di ranah seni rupa dan desain; saya pikir ini modal awal dan permulaan yang baik untuk anak saya dalam memulai masa-masa pendidikannya.

Lagi pula; kegiatan inti pada usia-usia tersebut hanya "bermain"... Siapa siy yang nggak bisa bermain? :D

Well, semoga niat baik ini bisa berjalan lancar dengan ikhtiar saya dan suami kedepannya. Toh saya pribadi juga masih memiliki waktu yang luar biasa banyak meski sambil bekerja di dunia perasuransian... Karena saya yakin selain mengolah aspek kognitif dan psikomotor yang diasah oleh ayahnya; Sinnai perlu mengolah aspek afeksi dan ruhani yang dimulai dari ibunya.

"Anak belajar keterampilan dari ayahnya; dan belajar kelembutan, kesabaran serta kasih sayang dari ibunya".

"Ayah mengajarkan anak dengan tingkah laku; ibu mengajarkan anak dengan tutur kata".

Mari dimulai saja. Semoga Bisa. Bismillahirrahmanirrahiim.

Wednesday, January 29, 2014

Pengalaman Membantu Mengurus Klaim Sakit Kritis & Meninggal Dunia

Jenazah Almarhum Ary Pramana Putra,
ketika hendak dimakamkan di daerah Moh. Toha Bandung
(Senin, 27 Januari 2014 sekitar pukul 09.00 WIB)

Tanggal 26 Januari 2014 kemarin saya dikejutkan dengan meninggalnya seorang nasabah saya, Ary Pramana Putra, beliau ini bukan sekedar seorang nasabah, tetapi juga teman dan adik almamter saya dimasa kuliah. Ary meninggal diusianya yang tergolong muda, 26 tahun yang 5 hari kedepan ia akan memasuki usia ke-27.

Selama hampir satu tahun terakhir saya cukup dekat dengan Ary, karena memang sejak bulan Maret 2013 saya sudah membantunya menguruskan klaim asuransi untuk sakit kritis yang dideritanya, Alhamdulillah saat itu Allianz mencairkan klaim untuk pengobatan penyakit kritis sebesar Rp 300.000.000,-

Pada bulan Maret itu Ary dinyatakan dokter menderita penyakit kanker kelenjar getah bening. Kanker ini memangkas berat badannya hingga 20 kilogram dan juga melemahkan sistem imunitasnya. Pada masa pengobatan tak terhitung kemoterapi yang dijalaninya. Oya, pada saat diagnosa awal Ary sedang berada di Jepang karena tuntutan pekerjaan, dan baru kembali ke Indonesia sekitar bulan Juli-Agustus 2013. Sejak Agustus itu saya sempat beberapa kali berkunjung untuk bersilaturahim sekaligus menjenguk Ary dan keluarganya. (dibawah ini terdapat beberapa kisah yang terkait dengan penyakit Ary ketika di Jepang)

Laporan Penggalangan & Rencana Penyerahan Dana untuk Mas Ary
Penyerahan Donasi dan Ucapan Terima Kasih Mas Ary Pramana Putra

Menurut cerita istrinya, semenjak kepulangannya ke Indonesia kondisi kesehatan Ary cenderung lebih baik, terutama kondisi psikisnya, berat badannya juga mengalami peningkatan serta semangat untuk sembuh juga semakin tinggi. Namun ternyata Allah SWT lebih sayang kepada Ary, hingga pad
a sore hari di tanggal 26 Januari ia menghembuskan nafas terakhir untuk bertemu Sang Pencipta. Selamat jalan Ary, semoga segala amal ibadahmu diterima Allah SWT.

Sehari setelah meninggalnya Ary saya berusaha untuk membantu keluarganya mengurus klaim meninggal. Pada perjanjian polis keluarga yang ditinggalkan akan mendapat uang pertanggungan sebesar Rp 400.000.000,- semoga jika cair dana ini dapat membantu meringankan istri dan seorang anak lelaki yang masih berusia 2 tahun, agar bisa tetap menjalani kehidupan dengan layak hingga ia besar nanti.

Hingga postingan ini ditulis saya masih membantu mengurus surat kematian dan beberapa berkas lainnya untuk bisa menyegerakan cairnya klaim uang pertanggungan. Insya Allah saya akan melanjutkan tulisan ini ketika uang pertanggungan tersebut cair. Harapannya agar bisa menjadi insight bagi para agen asuransi lain agar bisa selalu berkomitmen untuk melayani dan membantu nasabah.

Mohon do'a kepada semua sahabat agar kita semua diberi kekuatan dan kesabaran dalam beraktifitas, dan selalu dapat bersyukur atas apa yang kita jalani selama ini. Amiin.

~ Salam dari Bandung yang sedang didera hujan berkepanjangan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...